Miskin Tapi Kaya

Aku berdiri di pintu surga. Ternyata yang paling banyak masuk surga adalah orang-orang miskin. Ada pun orang kaya masih tertunda (masuk surga). Sementara itu penghuni neraka sudah diperintahkan masuk ke dalam neraka. (HR. Bukhari - Muslim)
Menjelang awal tahun 1429 hijriyah, kami beserta rombongan Lembaga Amal Mujahidin (LAM) berkunjung menemui saudara kita yang terkena musibah banjir di Desa Kedungbendo, Balen, Bojonegoro, dan Desa Bulutiga, Laren, Lamongan. Kami mengadakan pengobatan gratis, membagikan makanan, selimut, dan pakaian layak pakai yang disumbangkan para donatur LAM, simpatisan, siswa dan siswi, orang tua/wali murid, guru dan karyawan, remaja, dan jamaah masjid Mujahidin. Mereka bersimpati dan berempati untuk meringankan beban saudaranya di lokasi bencana.


Perjalanan rombongan menuju lokasi harus menyeberangi Bengawan Solo dengan perahu dari Maduran ke Bulutiga. Dari atas tangkis, kami harus naik perahu kecil lagi untuk bisa mengunjungi rumah-rumah penduduk yang tergenang air nyaris sampai ke atap rumah, membagikan nasi bungkus, mi instan, obat nyamuk, dan selimut. Sulitnya perjalanan tak membuat semangat kami kendur, justru semakin memacu motivasi kami untuk menyalurkan bantuan, sekaligus mengetuk saudara yang diberi kelonggaran rezeki untuk bershadagah meringankan beban mereka.
Kami sempat tertegun saat menerima bantuan dari seorang tukang sapu dan penjaga parkir yang rela menyisihkan sebagaian rizkinya untuk membantu saudara kita yang menderita. Bahkan is meluangkan waktu dan tenaganya untuk terjun ke lokasi bencana tanpa diminta. Subhanallah!
Itulah gambaran kepedulian "orang kecil" yang "kaya" akan amal usaha. Betapa mulianya hati dan jiwanya, karena ternyata kemiskinan dan beban hidup yang amat berat melilitnya, tidak membuat is lupa akan kewajiban untuk membantu sesamanya yang kesusahan. Itulah kesalihan sosial.
Kekurangan harta, kelaparan, cobaan hidup yang berat adalah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepada sebagian hamba-Nya, seperti firman-Nya (yang artinya):
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar." (QS al-Bagarah [2]: 155)
Dengan hidup pas-pasan, tidak selamanya membuat orang sengsara. Sebaliknya yang bergelimang harta, hidupnya belum tentu bahagia. Dalam kenyataannya banyak orang kaya namun hidupnya merana. Coba lihatlah ada pengusaha dan penguasa yang terkena serangan jantung, stroke, atau menderita gangguan jiwa setelah diperiksa kejaksaan atau KPK. Ada juga artis yang mati sia-sia menghabisi jiwanya karena narkoba. Mereka semua bukanlah orang-orang yang kekurangan harta, tetapi kenapa mereka berbuat demikian? Karena mereka tidak bahagia dalam hidupnya.
Itulah gambaran realita kehidupan. Bahagia dan sengsara tidak mutlak tergantung kepada harta, tetapi lebih pada ketenangan jiwa dan kondisi hati. Bukanlah kaya itu karena banyaknya harta, tetapi kaya itu adalah kaya jiwa (HR Bukhari dan Muslim).
Karena itu, bersedekahlah di saat kaya atau pun masih miskin. Jangan sampai maut menjemput kita sebelum kita sempat beramal sedekah, karena penyesalan datang di akhir kemudian. Allah, berfirman (artinya):
"Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS. Al-Munafiqun : 10)
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, dari Abu Hurairah, ia berkata: "Rasulullah Saw bersabda, 'Siapa yang mau mengambil kalimat-kalimat berikut ini dan mengamalkannya atau mengajarkannya kepada seseorang yang mengamalkannya?' Abu Hurairah menjawab, 'Saya wahai Rasulullah.' Maka beliau memegang tanganku dan menyebutkan lima kalimat tersebut. (1) Takutlah terhadap hal-hal yang dilarang (oleh Allah) niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling tekun beribadah (kepada Allah). (2) Bersikap ridha-lah atas apa yang Allah bagikan kepadamu, niscaya kamu menjadi manusia yang paling kaya. (3) Berbuat baiklah kepada tetangga, niscaya kamu menjadi seorang mukmin. (4) Cintailah orang lain sebagaimana kamu mencintai diri sendiri, niscaya kamu akan menjadi seorang muslim. (5) Jangan banyak tertawa, sebab banyak tertawa akan mematikan hati."
Tak perlu bersedih kita miskin harta, dan janganlah riya' karena kaya harta. Kaya tidak selalu mulia dan miskin tidak selamanya hina. Semoga Allah Swt mengingatkan kita dengan titipan harta untuk dishadakahkan. (*)

Oleh: Zein Musta'in SE
Direktur LAM
EDISI 5 TAHUN KE-1 MUHARAM-SHAFAR 1429 H FEBRUARI 2008

Mengenal Kiprah LAM

 
© design by ranggadk - manage by Zein Musta'in, SE created 2008